Berbahagia di Akhir Pekan
Lebih pagi dari kemarin, saya bangun dan bersiap untuk agenda hari ini. Saya ikut bergabung dengan Career Development Center (CDC) Universi...
Lebih pagi dari kemarin, saya bangun dan
bersiap untuk agenda hari ini. Saya ikut bergabung dengan Career Development
Center (CDC) Universitas Negeri Makassar. Dan hari ini juga, kami akan disahkan jadi
bagian dari CDC dan membahas beberapa agenda kerja yang akan dilaksanakan. Hari ini sepertinya hujan akan beristirahat,
kalaupun hujan mungkin tidak akan sederas hujan kemarin. Sesuai kesepakatan
sehari sebelumnya, kita berkumpul di Pinisi jam delapan pagi. Sebelum ke Pinisi saya singgah di perempatan lampu lalu lintas dan membeli koran, ada satu tulisan yang dimuat hari ini, berjudul "Persinggahan Perangai Sepi".
Dan selanjutnya saya berhasil
tiba, dua menit sebelum jam delapan dan hanya melihat Yudi dan Idil, awalnya
saya mengira saya datang terlambat tapi sepertinya masih banyak yang jauh lebih
terlambat.
Waktu yang ditentukan akhirnya
berubah, dari jam delapan berubah menjadi jam sepuluh. Saya sendiri tanpa
boncengan, sementara Yudi berboncengan dengan Idil dan Roy berboncengan dengan Aras
selebihnya menggunakan mobil yang telah disewa Kak Hilman.
Lokasi tujuan kami, ada di sekitaran
Bendungan Bili-bili, saya belum pernah ke sana. Sebelum jalan, saya selalu
berpesan,
“Tolong jangan balap-balap nah
bro” ditambahkan dengan satu senyuman.
“OK bro, kita santai saja” mereka
juga ikut tersenyum.
Di perjalanan hari ini ada dua
kelompok, pertama yang menggunakan roda dua dan yang kedua yang menggunakan
roda empat. Kami berlima, saya, Roy, Aras, Idil dan Yudi masuk di dalam kelompok
pertama.
Awalnya Prof Jufri berangakat
lebih awal, namun berhasil kami temukan saat beliau dan keluarga singgah
membeli jagung rebus untuk bekal di lokasi raker nanti. Kami pun ikut dengan beliau dan tiba lebih awal
dibandingkan kelompok kedua. Di kelompok dua, ada Kak Hilman beserta keluarga, Kak
Toto, Kak Udin dan Kak Tina.
Kami yang tiba awal, memiliki
kesempatan menikmati bekal jagung rebus sambil melihat pemandangan yang ada di
sekitaran lokasi. Ini kali pertama saya datang ke bili-bili, suasana tempat itu
membuat pikiran saya terasa lebih tenang. Di akhir pekan ini, saya ingin lebih menenangkan
diri.
Raker berlangsung beberapa jam,
dan akhirnya berakhir pada pukul empat sore. Setelah itu, saya langsung pulang
dengan kecepatan maksimal, semaksimal kecepatan yang saya bisa. Pasalnya, setelah ini
saya berniat langsung ke terminal dan pulang ke Soppeng demi acara yang berlangsung esok hari, saya wajib menghadiri acara
pernikahan keluarga.
Sebelum magrib saya tiba dan
mempersiapkan barang-barang yang akan saya bawa.
Kuhubungi Azmul, saya minta
tolong padanya untuk mengantarkan saya ke terminal. Saya membawa dua buah tas
dan satu buah bingkai, bingkai itu adalah hadiah untuk ibu yang dulu ingin saya
berikan di hari ibu. Selepas magrib, saya dan Azmul ke terminal. Kami terjebak
macet, namun karena kami bercerita ini dan itu, kami bisa menikmati perjalanan
dan terlepas dari penatnya macet.
*
Saya tiba pukul satu malam di rumah,
Ibu saya menunggu yang lain sudah terlelap dalam tidur. Ibu menemani saya makan
dan saya menyempatkan bercerita beberapa hal, tentang rasa dan hari yang kadang
serasa semakin berat. Lalu kuberikan bingkai yang berisikan tulisanku yang pernah dimuat di Literasi, "Desember dan Surat Untuk Ibu".
Setelahnya, ibu pergi beristirahat
dan kunyalakan laptop dan kembali bekerja.
*
Minggu Pagi
“Pernikahan mirip sepasang
gunting yang bergabung dan tak dapat dipisahkan sering bergerak dalam arah
berlawanan, namun selalu menghukum siapa saja yang datang diantara mereka”
Sydney Smith.
Saya tiba-tiba mengingat
pernikahan keluarga angkat saya di Bandung, sewaktu program PPAN. Saya tak suka dengan keramain pesta seperti ini. Ini kejadian
yang berulang. Saya juga ikut menemani dan mengantarnya ke rumah pasangannya. Ada
kejadian sama yang saya rasakan. Ada kondisi yang sama.
“Ini buku saya, saya hadiahkan
untuk pernikahan ta”
“Wah, Terima Kasih”
Kuhadiahkan satu buah buku “PeringgahanPerangai Sepi” pada sang pengantin. Saya berharap, dia akan membacakan puisiku
untuk istrinya, entah saat mereka bersantai atau mungkin sesaat sebelum mereka
menikmati cinta di malam pertama. Atau bisa jadi hanya sekedar disimpan di dalam lemari. Entahlah.
Hari ini saya ikut berbahagia dengan
pertemuan cinta yang mempersatukan cerita mereka. Saya berharap, tak lama lagi saya juga bisa merasakan pernikahan, tahun depan atau dua tahun lagi. Entahlah, ada banyak kemungkinan yang membuat saya harus bilang "entahlah"
Selamat Berbahagia, ini akhir pekan yang penuh bahagia. Apakah saya sudah bahagia? Entahlah. :)
4 comments
Pengenya hari minggu ada 3hari tapi itu tidak mungkin wkwkwk
Replykunjungi balik http://bhawara-it.blogspot.com
bahagia di akhir pekan itu sederhana, ngumpul bersama keluarga :)
Reply@Dapo Zaki Terima Kasih telah berkunjung, saya akan berkunjung balik mas. :)
Reply@Titis Ayuningsih sederhana, :) Keluarga jadi satu hal yang bisa buat kita bahagia.
Reply